Visi adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi, cita-cita dan gambaran ke depan apa yang ingin diwujudkan. Berkaitan dengan itu Visi yang ingin diraih oleh Kepala Desa Gubug adalah "Tri Semaya" (Sejahtera, Mandiri dan berbudaya )

Untuk mewujudkan visi yang diinginkan kita harus memiliki misi. Jadi misi adalah tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan agar visi dapat terwujud. Misi yang diemban oleh Kepala Desa adalah

1. Peningkatan Kualitas Pemerintahan Desa dan akses terhadap pelayanan dasar masyarakat
2. Meningkatkan Kesejahteraan dan Kemandirian Masyarakat dengan Memantapkan Pembangunan di Bidang Ekonomi yang kreatif, inovatif dan produktif dengan memanfaatkan teknologi tepat guna
3. Meningkatkan Pembangunan dan pemeliharaan Infrastruktur
4. Memantapkan pelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan
5. Meningkatkan kualitas Hidup, Ketertiban, Keamanan, Kenyamanan dan Kebudayaan serta Kearifan lokal

Mengenai sejarah Desa Gubug, kami belum mampu menceritakan mulai adanya penduduk yang menghuni wilayah Desa Gubug secara pasti, karena tidak adanya peninggalan-peninggalan sejarah secara tertulis maupun tidak tertulis. Untuk menyusun sejarah ini, kami gunakan informasi yang didapat dari para sesepuh yang masih hidup sampai sat ini dan juga beberapa literatur yang ada kaitannya dengan keberadaan Desa Gubug.

Nama Gubug berasal dari kata GUBUK yang artinya kubu atau rumah rumah kecil. Kubu atau rumah kecil ini merupakan tempat tinggal pengikut/bala tantara Kebo iwa/kebo teruna. Dimana Kebo iwa merupakan salah seorang mahapatih dari Raja Tapaulung kerajaan bedhahulu. Kebo iwa diutus oleh raja dalam rangka mempertahankan Bali dari serangan Majahit yang ingin menguasai Bali. Oleh karena itu maka dibangunlah benteng-benteng pertahanan terutama diwilayah Bali Barat. Salah satu benteng yang dibangun berlokasi di Bale Agung Pura Puseh Luhur Bedha. Oleh karenanya disekitar Bale Agung Pura luhur Puseh Bedha khususnya di wilayah Desa Gubug Sekarang dibangun kubu kubu pertahanan dan wilayah wilayahnya diberikan nama sesuai dengan peruntukannya seperti Pengayehan (tempat permandian bala tantara kebo iwa), Pande tempat membuat senjata, Batusangian tempat mengasah senjata, Tonja tempat meninjau kedangan musuh, Tanah Pegat tempat menghalau musuh yang datang. Taman tempat bala tantara berekreassi atau menghibur diri dan lain sebagainya.

Tentang kronologis pemerintahan Desa Gubug dapat kami tulis dari sejak runtuhnya Kerajaan Tabanan ketangan .Belanda yaitu pada tahun 1906. Dimana pada saat itu yang bertahta di Kerajaan Tabanan Sirarya Ngurah Rai Perang atau Ratu Puri Dangin/Cokorda Rai yang bergelar Gusti Ngurah Agung Raja XXI. Beliau bertahta dari tahun 1903 -1906. Cokorda Rai tewas pada saat perang puputan Badung, yaitu perang antara kerajaan Badung dengan Belanda, dimana dalam perang tersebut raja Tabanan membantu Raja Badung. Cokorda Rai tewas dengan muput raga (menghabisi diri sendiri).

Dengan Tewasnya Raja Tabanan maka kerajaan Tabanan secara langsung dikuasai oleh Belanda. Untuk memperkuat kekuasaan Belanda di wilayah Kerajaan Tabanan pada tahun 1908 kemudian belanda membentuk struktur pemerintahan yaitu Punggawa, Penyamasan, Penyatakan, dan Penyeketan.

Salah satu Wilayah kerajaan yang ada disebelah selatan pusat kerajaan disebut Penyamasan Gubug. Atas perintah Belada melalui kerajaan Tabanan, diberikanlajh tugas orang dekat kerajaan untuk mengkoordir, memerintah dan mengawasi Penyamasanan Gubug yaitu Pan Margi dari Tegal Belodan.. Untuk mempermudah menjalankan tugasnya Pan Margi membagi penyamasan Gubug menjadi dua yaitu penyatakan kangin dan penyatakan kauh. Dimana satak kangin dipimpin oleh Pan Marni dari Tanah Pegat dan satak kauh dipimpin oleh I Gede Kanji dari Gubug Baleran. Kemudian Dibawah Penyatakan dikelompokan lagi menjadi Penyeketan dimana jumlahnya 8 penyeketan yaitu :

1. Penyeketan Taman
2. Penyeketan Tonja
3. Penyeketan Pande
4. Penyeketan Batusangian
5. Penyeketan Gubug Baleran
6. Penyeketan Gubug Belodan
7. Penyeketan Pengayehan
8. Penyeketan Curah.

Pada tahun 1921 atas prakarsa I Gusti Agung Geria dengan persetujuan Puri dan Belanda merubah nama Penyamasan Gubug dirubah menjadi Bendesa Gubug. Penggantian nama ini dilakukan atau dideklarasikan bertepatan dengan purnama sasih karo tahun 1921 dan I Gusti Agung Geria secara langsung menggantikan Pan Margi untuk memimpin Gubug. I Gusti Agung Geria adalah merupakan orang dekat puri Tabanan yang menetap di Penyeketan Taman. I Gusti Agung Geria menjabat sebagai menesa Gubug dari tahun 1921 sampai tahun 1945 dan beliau terkenal dengan sebutan menesa Serebe. Pada tahun 1945 mengingat usia beliau sudah semakin tua kemudian beliau menunjuk cucunya yang bernama Anak Agung Wayan Kerug untuk memimpin Desa Gubug. Anak Agung Wayan Kerug menimpin Desa Gubug dari tahun1945 sampai tahun 1951. Kemudian dari tahun 1951 yang memimpin Desa Gubug adalah I Gede Mergog yaitu merupakan putra dari pejuang kemerdekan Republik Indonesia dari Gubug Baleran I Gede Sesegeg yang terkenal dengan Namanya Pak Belang. I Gede Mergog berhasil membangun kantor Desa Gubug di tempat kantor Desa yang sekarang pada tahun 1974. Sebelum tahun 1974 pemerintahan dilaksanakan oleh menesa dari rumahnya masing masing. I Gede Mergog menjabat sampai tahun 1978 dan kemudian digantikan oleh I Gusti Made Dendi dari banjar Pengayehan dan beliau menjabat sampai tahun 1998. Dari tahun 1998 sampai 2007 yang memimpin Desa Gubug adalah I Gusti Nyoman Supartha dari Gubug Baleran. Dari Tahun 2007 sampai 2013 kepala Desa (Perbekel) Desa Gubug adalah I Wayan Suwitra juga dari Gubug Baleran selanjutnya dari tahun 2003 hingga sekarang adalah I Nengah Mawan dari Banjar Sarwa Genep.